Pedoman Menyusun Soal Uraian

Soal uraian ialah suatu soal yang menuntut akseptor asuh untuk mengorganisasikan wangsit-ilham atau hal-hal yang telah dipelajarinya. Jawabannya dikemukakan dalam bentuk uraian tertulis.

Keunggulan dan kekurangan soal uraian

Keunggulan

Dapat mengukur kesanggupan peserta ajar dalam hal menghidangkan akibat terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan inspirasi-pemikiran dengan menggunakan kata-kata atau kalimat akseptor didik sendiri.

Keterbatasan

Jumlah bahan atau pokok bahasan yang bisa ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk memeriksa akibat cukup usang, penskorannya relatif subjektif, dan tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah ketimbang soal opsi ganda karena reliabilitas skor pada soal uraian sungguh tergantung pada penskor tes.

Baca Juga : Panduan Penyusunan Soal Pilihan Ganda

Berdasarkan penskorannya soal uraian diklasifikasikan menjadi uraian objektif dan uraian non objektif.

  • Soal uraian objektif ialah rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/rancangan tertentu sehingga penskorannya mampu dilakukan secara objektif.
  • Soal uraian non objektif yaitu rumusan soal yang menuntut sehimpunan akhir berupa pemahaman/desain berdasarkan pertimbangan masing-masing akseptor ajar sehingga penskorannya sulit dijalankan secara objektif (penskorannya dapat mengandung bab subjektivitas).

Beberapa kaidah yang perlu diamati dalam penulisan soal uraian yakni selaku berikut:

Materi

  1. Soal harus sesuai dengan indikator.
  2. Batasan pertanyaan dan tamat yang dibutuhkan (ruang lingkup) harus terperinci.
  3. Isi bahan sesuai dengan tujuan pengukuran, misalnya soal Matematika harus menanyakan kompetensi Matematika, bukan kompetensiberbahasa atau yang yang lain.
  4. Isi bahan yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas. Tingkat kompetensi yang diukur mesti diadaptasi dengan tingkatan penerima asuh, contohnya kompetensi pada jenjang Sekolah Menengah Pertama dilarang ditanyakan pada jenjang Sekolah Dasar, walaupun materinya sama, atau sebaliknya soal untuk tingkat SD dihentikan ditanyakan pada jenjang SMP.

Konstruksi

  1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut akhir terurai, seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan memakai kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang hanya menuntut balasan ya atau tidak.
  2. Buatlah kode yang terang tentang cara melaksanakan soal.
  3. Buatlah anutan penskoran segera sehabis soalnya ditulis dengan cara menguraikan unsur yang mau dinilai atau kriteria penskorannya, besar skor bagi setiap unsur, atau rentang skor yang dapat diperoleh untuk setiap tolok ukur dalam soal yang bersangkutan.
  4. Hal-hal lain yang menyertai soal mirip tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya mesti disuguhkan dengan terperinci, berfungsi, dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan dan juga mesti berarti.

Bahasa

  1. Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata-kata) yang sederhana dan komunikatif sehingga gampang diketahui oleh akseptor bimbing.
  2. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang mampu menyinggung perasaan penerima latih atau kalangan tertentu.
  3. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang mengakibatkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
  4. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang bagus dan benar.
  5. Rumusan soal sudah mempertimbangkan sisi bahasa dan budaya.
  6. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat.

ORDER VIA CHAT

Produk : Pedoman Menyusun Soal Uraian

Harga :

https://savedoku.blogspot.com/2023/04/pedoman-menyusun-soal-uraian_8.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi